-
Notifications
You must be signed in to change notification settings - Fork 4
/
Copy path08-interpolasi_dan_ekstrapolasi.Rmd
817 lines (576 loc) · 39.2 KB
/
08-interpolasi_dan_ekstrapolasi.Rmd
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
305
306
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
326
327
328
329
330
331
332
333
334
335
336
337
338
339
340
341
342
343
344
345
346
347
348
349
350
351
352
353
354
355
356
357
358
359
360
361
362
363
364
365
366
367
368
369
370
371
372
373
374
375
376
377
378
379
380
381
382
383
384
385
386
387
388
389
390
391
392
393
394
395
396
397
398
399
400
401
402
403
404
405
406
407
408
409
410
411
412
413
414
415
416
417
418
419
420
421
422
423
424
425
426
427
428
429
430
431
432
433
434
435
436
437
438
439
440
441
442
443
444
445
446
447
448
449
450
451
452
453
454
455
456
457
458
459
460
461
462
463
464
465
466
467
468
469
470
471
472
473
474
475
476
477
478
479
480
481
482
483
484
485
486
487
488
489
490
491
492
493
494
495
496
497
498
499
500
501
502
503
504
505
506
507
508
509
510
511
512
513
514
515
516
517
518
519
520
521
522
523
524
525
526
527
528
529
530
531
532
533
534
535
536
537
538
539
540
541
542
543
544
545
546
547
548
549
550
551
552
553
554
555
556
557
558
559
560
561
562
563
564
565
566
567
568
569
570
571
572
573
574
575
576
577
578
579
580
581
582
583
584
585
586
587
588
589
590
591
592
593
594
595
596
597
598
599
600
601
602
603
604
605
606
607
608
609
610
611
612
613
614
615
616
617
618
619
620
621
622
623
624
625
626
627
628
629
630
631
632
633
634
635
636
637
638
639
640
641
642
643
644
645
646
647
648
649
650
651
652
653
654
655
656
657
658
659
660
661
662
663
664
665
666
667
668
669
670
671
672
673
674
675
676
677
678
679
680
681
682
683
684
685
686
687
688
689
690
691
692
693
694
695
696
697
698
699
700
701
702
703
704
705
706
707
708
709
710
711
712
713
714
715
716
717
718
719
720
721
722
723
724
725
726
727
728
729
730
731
732
733
734
735
736
737
738
739
740
741
742
743
744
745
746
747
748
749
750
751
752
753
754
755
756
757
758
759
760
761
762
763
764
765
766
767
768
769
770
771
772
773
774
775
776
777
778
779
780
781
782
783
784
785
786
787
788
789
790
791
792
793
794
795
796
797
798
799
800
801
802
803
804
805
806
807
808
809
810
811
812
813
814
815
816
817
<style>
body{
text-align: justify}
</style>
# Interpolasi dan Ekstrapolasi {#interpolation}
Pada dunia nyata, data sering kali tidak tersaji secara lengkap. Seringkali terdapat nilai data yang hilang (*missing value*). Terdapat banyak penyebab dari kondisi tersebut, baik akibat kesalahan manusianya maupun keterbatasan kemampuan alat ukur.
Kondisi lain yang muncul dari data yang kita miliki adalah adanya *outlier* atau nilai yang berbeda jauh dengan mayoritas data yang kita miliki. Nilai tersebut akan menentukan hasil analisis atau uji statistik yang kita lakukan, terlebih lagi jika uji statistik yang kita lakukan menggunakan metode parametrik.
Terdapat banyak cara untuk menangani kondisi-kondisi tersebut. Sejumlah peneliti memilih untuk menghapus data tersebut. Hal ini dapat dilakukan jika jumlah data yang kita miliki cukup besar. Bagaimana jika data yang kita miliki sedikit dan pengukuran ulang cukup mahal atau cukup sulit dilakukan?. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan interpolasi terhadap data.
Interpolasi dan ekstrapolasi adalah proses "menebak" nilai data dengan memperhatikan data lain yang kita miliki. Interpolasi merupakan teknik untuk mencari nilai suatu variabel yang hilang pada rentang data yang diketahui, sedangkan ektrapolasi merupakan teknik menemukan nilai suatu variabel diluar rentang data yang telah diketahui. Data lain yang kita miliki seringkali memiliki sejumlah pola. Pola yang terbentuk dapat berupa polinomial atau mengelompok. Tiap pola akan memiliki metode pendekatan yang berbeda-beda. Terdapat kemungkinan tak terbatas dari pola data tersebut. Penilaian profesional atau ahli diperlukan untuk menentukan metode mana yang sesuai berdasarkan riwayat penelitian atau pekerjaan yang pernah dilakukan sebelumnya.
Pada Chapter \@ref(interpolation) penulis akan menjelaskan teknik-teknik interpolasi yang dapat kita lakukan. Adapun yang akan dibahas pada *Chapter* ini adalah sebagai berikut:
* Teknik interpolasi polinomial
* Teknik interpolasi piecewise
* Studi kasus penerapan teknik interpolasi
## Interpolasi Polinomial {#poliinterpolation}
Interpolasi polinomial merupakan teknik interpolasi dengan mengasumsikan pola data yang kita miliki mengikuti pola polinomial baik berderajat satu (linier) maupun berderajat tinggi. Interpolasi dengan metode ini dilakukan dengan terlebih dahulu membentuk persamaan polinomial. Persamaan polinomial yang terbentuk selanjutnya digunakan untuk melakukan interpolasi dari nilai yang diketahui atau ekstrapolasi (prediksi) dari nilai diluar rentang data yang diketahui.
Pada Chapter \@ref(poliinterpolation) pembahasan akan dibagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama kita akan mengulang kembali teknik evaluasi polinomial, sedangkan dua bagian selanjutnya akan membahas teknik interpolasi linier dan polinomial orde tinggi dengan menjadikan pembahasan bagian pertama sebagai dasar pada dua bagian berikutnya.
### Mengevaluasi Polinomial
Pada *Chapter* ini pembaca akan mempelajari teknik untuk melakukan substitusi nilai $x$ pada persamaan polinomial untuk memperoleh nilai $y$. Terdapat berbagai pendekatan dalam melakukan proses tersebut, mulai dari metode naive maupun metode Horner. Kedua metode akan menghasilkan hasil yang sama namun dengan proses komputasi yang berbeda. Metode naive cenderung lambat dalam proses komputasi karena jumlah proses yang dilakukan dalam sekali proses lebih banyak dari pada metode Horner.
Untuk memahami metode-metode evaluasi polinomial yang telah disebutkan tersebut, secara umum persamaan polinomial disajikan pada Persamaan \@ref(eq:evalpoly).
\begin{equation}
f\left(x\right)=a_nx^n+a_{n-1}x^{n-1}+\cdots+a_1x+a_0
(\#eq:evalpoly)
\end{equation}
dimana $a$ merupakan koefisien polinomial, $x$ merupakan variabel, dan $n$ merupakan indeks dan pangkat polinomial.
Pada metode naive kita melakukan evaluasi polinomial sama dengan cara kita melakukan evaluasi polinomial saat kita SMA. Nilai $x$ akan disubstitusikan pada masing-masing elemen persamaan polinomial. Masing-masing elemen polinomial selanjutnya dijumkahkan untuk menghitung $y$.
Pada `R` kita dapat menuliskan sebuah fungsi untuk melakukan evaluasi polinomial menggunakan metode naive tersebut. Pada fungsi tersebut, koefisien polinomial akan disimpan kedalam sebuah vektor dengan urutan pengisian mulai dari koefisien dengan pangkat $x$ terendah ke tertinggi.
```{r}
naive_poly <- function(x, coeff){
n <- length(x)
y <- rep(0, n)
for(i in 1:length(coeff)){
y <- y + coeff[i]*(x^(i-1))
}
return(y)
}
```
```{example, polievalexmp}
Hitung nilai $y$ pada persamaan $f\left(x\right)=x^4+3x^3-15x^2-19x+30$, jika diketahui nilai $x$ adalah -1, 0, dan 1!
```
**Jawab**:
Untuk dapat menghitung nilai $y$ menggunakan fungsi `naive_poly()` pada persamaan tersebut dengan nilai $x$ yang diketahui, kita perlu merubah koefisien persamaan tersebut dan nilai $x$ yang diketahui menjadi vektor:
```{r}
x <- c(-1,0,1)
coeff <- c(30,-19,-15,3,1)
```
Masukkan vektor-vektor yang telah terbentuk tersebut kedalam fungsi `naive_poly()`.
```{r}
naive_poly(x, coeff)
```
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai $y$ masing-masing sebesar 32, 30, dan 0. Pembaca dapat mengeceknya sendiri hasil perhitungan tersebut menggunakan cara manual.
Kita dapat meningkatkan efisiensi proses perhitungan pada fungsi `naive_poly()` tersebut. Sebagai contoh, setiap kali kita melakukan loop untuk menghitung nilai $y$ pada polinomial, kita dapat memperoleh eksponensial dari $x$. Namun untuk setiap koefisien $a_i$, nilai eksponensial yang terkait $x_i$ merupakan seri produk.
\begin{equation}
x^i=\prod_{j=0}^ix
(\#eq:evalpoly2)
\end{equation}
Untuk $x^i$, terdapat sebanyak $i$ koefisien $x$ dikalikan bersamaan. Namun, untuk setiap $x^{i-1}$ terdapat lebih sedikit 1 perkalian dibanding koefisien $x$ dengan pangkat yang lebih besar dan seterusnya.
Berdasarkan ilustrasi tersebut, kita dapat membentuk fungsi `better_poly()` sebagai perbaikan dari fungsi `naive_poly()`. Berikut adalah sintaks yang digunakan:
```{r}
better_poly <- function(x, coeff){
n <- length(x)
y <- rep(0, n)
cached_x <- 1
for(i in 1:length(coeff)){
y <- y + coeff[i]*cached_x
cached_x <- cached_x * x
}
return(y)
}
```
```{example, polievalexmp2}
Hitung nilai $y$ pada persamaan yang disajikan pada Contoh \@ref(exm:polievalexmp) menggunakan nilai $x$ yang telah diketahui pada soal tersebut menggunakan fungsi `better_poly()`?
```
**Jawab**:
```{r}
better_poly(x, coeff)
```
Sejauh ini kita telah membentuk 2 fungsi yaitu `naive_poly()` dan `better_poly()`. Kedua fungsi tersebut memiliki perbedaan proses menghitung yang mempengaruhi efisiensinya masing-masing. Sebagai contoh jika diberikan polinomial berderajat 10, fungsi `naive_poly()` akan mengejakan perkalian dalam proses *loop* sebanyak 55 kali, sedangkan fungsi `better_poly()` akan melakukannya sebanyak 20 kali ($2n$ perkalian).
Metode lain yang lebih efisien dalam melakukan evaluasi polinomial adalah metode Horner. Metode ini oleh William Horner pada abad ke-18. Dalam metode Horner, bentuk polinomial pada Persamaan \@ref(eq:evalpoly) akan ditransformasi menjadi Persamaan \@ref(eq:evalpoly3).
\begin{equation}
\begin{split}
f\left(x\right)&=a_nx^n+a_{n-1}x^{n-1}+\cdots+a_1x+a_0\\
&= a_0+a_1x+\cdots+a_{n-1}x^{n-1}+a_nx^n\\
&= a_0+x\left(a_1+\cdots+a_{n-1}x^{n-2}+a_nx^{n-1}\right)\\
&= a_0+x\left(a_1+\cdots+x\left(a_{n-1}+x\left(a_n\right)\right)\cdots\right)
\end{split}
(\#eq:evalpoly3)
\end{equation}
Berdasarkan Persamaan \@ref(eq:evalpoly3), jika kita melakukan perhitungan pada persamaan polinomial berderajat 10, kita dapat mereduksi perhitungan menjadi 10 perkalian dan 10 penjumlahan. Jumlah tersebut sangat kecil dibandingkan kedua metode sebelumnya dan dapat dikatakan lebih efisien dibandingkan metode lainnya.
FUngsi `horner_poly()` merupakan fungsi yang dibentuk bedasarkan Persamaan \@ref(eq:evalpoly3). Sintaks fungsi tersebut adalah sebagai berikut:
```{r}
horner_poly <- function(x, coeff){
n <- length(x)
y <- rep(0, n)
for(i in length(coeff):1){
y <- coeff[i] + x * y
}
return(y)
}
```
```{example, polievalexmp3}
Kerjakan kembali Contoh \@ref(exm:polievalexmp2) fungsi `horner_poly()`?
```
**Jawab**:
```{r}
horner_poly(x, coeff)
```
### Interpolasi Linier {#lininterpol}
Misalkan kita memiliki 3 buah data dengan dua buah variabel kita misalkan variabel $x$ dan variabel $y$. Pada salah satu data terdapat data yang hilang pada. Agar ketiga data tersebut tetap dapat digunakan dalam iterasi diperlukan interpolasi untuk "menebak" nilai dari data yang hilang.
Berdasarkan pengukuran yang sebelumnya pernah dilakukan diketahui bahwa pola data yang terbentuk variabel $x$ dan $y$ divisualisasikan menggunakan scatterplot adalah pola linier. Berdasarkan hal tersebut interpolasi dilakukan dengan menggunakan metode linier.
Interpolasi linier dilakukan dengan terlebih dahulu membentuk fungsi linier. Dengan kata lain kita perlu mencari nilai slope $m$ dan *intercept* $b$. Nilai $m$ dihitung sebagai rasio selisih jarak dua titik pada sumbu $y$ dan sumbu $x$ yang dapat dituliskan melalui Persamaan \@ref(eq:lineinter).
\begin{equation}
m=\frac{y_2-y_1}{x_2-x_1}
(\#eq:lineinter)
\end{equation}
Nilai *intercept* (titik potong pada sumbu $y$) dihitung menggunakan Persamaan \@ref(eq:lineinter2).
\begin{equation}
b=y_2-mx_2
(\#eq:lineinter2)
\end{equation}
---------------
**Algoritma Interpolasi Linier**
1. Tentukan dua buah titik $\left(x,y\right)$ sebagai dasar pembentukan persaman linier.
2. Hitung $m$ menggunakan Persamaan \@ref(eq:lineinter)
3. Hitung $b$ menggunakan Persamaan \@ref(eq:lineinter2)
4. Definiskan fungsi linier berdasarkan nilai $m$ dan $b$
5. Hitung $y$ dengan cara substitusi nilai $x$ pada persamaan linier untuk melakukan interpolasi atau ekstrapolasi nilai $y$ yang ingin dicari.
---------------
Algoritma poin 1 sampai 4 tersebut, kita dapat membentuk fungsi pembentuk persamaan linier dari 2 titik yang diketahui. Fungsi tersebut disajikan pada sintaks berikut:
```{r}
linear_inter <- function(x, y){
m <- (y[2]-y[1]) / (x[2]-x[1])
b <- y[2] - m*x[2]
return(c(b, m))
}
```
```{example, linterpexmp}
Diketahui koordinat 2 buah titik yaitu (0,-1) dan (2,3). Jika diketahui titik ketiga memiliki koordinat sumbu $x$ sebesar 1. Lakukan interpolasi untuk menentukan koordinat sumbu $y$ titik ketiga tersebut!
```
**Jawab**:
Berdasarkan data-data yang terdapat pada soal terserbut, kita dapat menghitung nilai $m$ dan $b$. Nilai $m$ dapat dihitung sebagai berikut:
$$
m=\frac{-1-3}{0-2}=2
$$
Dengan menggunakan nilai $m$ tersebut kita dapat menghitung nilai $b$.
$$
b=3-2*3=-1
$$
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh persamaan linier yang terbentuk adalah sebagai berikut:
$$
y=2x-1
$$
Berdasarkan persamaan linier tersebut nilai $y$ dapat dihitung.
$$
y=2*1-1=1
$$
Kita dapat pula membentuk persamaan linier menggunakan fungsi `linear_inter()`. Berikut adalah sintaks yang digunakan:
```{r}
x <- c(0,2)
y <- c(-1,3)
(coeff <- linear_inter(x,y))
```
Setelah diperoleh koefisien persamaan linier berdasarkan dua titik tersebut, kita akan menggunakan fungsi `horner_poly()` untuk memperoleh nilai $y$. Berikut adalah sintaks yang digunakan:
```{r}
horner_poly(1, coeff)
```
Hasil interpolasi yang diperoleh dapat dikatakan sesuai dengan lokasi kedua titik data yang ditunjukkan pada Gambar \@ref(fig:linviz). Berdasarkan hal tersebut, kita dapat yakin bahwa hasil interpolasi yang telah kita lakukan telah sesuai.
```{r linviz,echo=FALSE, fig.cap='Interpolasi linier dua titik \n(Sumber:Howard, 2017).', tidy=FALSE, out.width='80%', fig.align='center', message=FALSE, warning=FALSE}
library(knitr)
img1_path <- "./images/linviz.png"
include_graphics(img1_path)
```
Metode interpolasi linier dapat dibilang merupakan metode interpolasi yang sangat sederhana. Disamping kemudahannya, metode ini memiliki potensi error numerik jika jarak antara kedua titik cukup berdekatan terlebih lagi jika selisih penyebut ($x_2-x_1$) sangat kecil sehingga akan menghasilkan nilai $y$ yang sangat besar.
Disamping adanya potensi error numerik tersebut, metode ini menjadi dasar bagi metode interpolasi lain yang lebih kompleks. Metode selanjutnya merupakan pengembangan dari metode interpolasi ini.
### Interpolasi Polinomial Orde Tinggi {#hopoliinter}
Dengan menggunakan dua titik, kita dapat membentuk garis lurus (linier) yang tepat pada dua titik tersebut. Masalah timbul jika selisih nilai $x$ kedua titik tersebut sangat kecil atau kedua titik tersebut memiliki nilai $x$ yang sama. Hal ini akan menyebabkan slope yang dihasilkan menjadi tidak terhingga atau garis yang terbentuk adalah garis vertikal tegak lurus.
Bagaimana jika terdapat tiga buah titik? apakah kita masih bisa menggunakan interpolasi linie?. Ya, asalkan ketiga titik tersebut membentuk pola linier atau terletak pada satu garis yang sama. Pada kenyatannya kondisi tersebut jarang terjadi, sehingga pendekatan menggunakan polinomial orde lebih tinggi diperlukan. Persamaan kuadratik (polinomial orde dua) dapat digunakan untuk membentuk persamaan polinomial pada ketiga titik tersebut, sehingga iterasi dapat dilakukan. Untuk 4 buah titik data, polinomial orde tiga dapat digunakan untuk melakukan interpolasi. Secara umum berdasarkan penjelasan tersebut, untuk $n$ titik data interpolasi dapat dilakukan menggunakan persamaan polinomial orde $n-1$.
Diberikan set data berpasangan yang telah diurutkan $\left(x_i,y_i\right)$, fungsi interpolasi harus memenuhi persyaratan berikut:
\begin{equation}
p\left(x_i\right)=y_i
(\#eq:hointereq)
\end{equation}
Untuk setiap $i$. Sebagai tambahan, fungsi interpolasi berupa fungsi polinomial dengan bentuk umum sebagai berikut:
\begin{equation}
y_i=\beta_nx_i^n+\beta_{n-1}x_i^{n-1}+\cdots+\beta_1x_i+\beta_0
(\#eq:hointereq2)
\end{equation}
Persamaan \@ref(eq:hointereq2) dapat dituliskan kedalam bentuk matriks yang ditampilkan pada Persamaan \@ref(eq:hointereq3).
\begin{equation}
\begin{bmatrix}
x_1^n & x_1^{n-1} & \cdots & x_1 & 1 \\[0.3em]
x_2^n & x_2^{n-1} & \cdots & x_2 & 1 \\[0.3em]
\vdots & \vdots & \vdots &\ddots& \vdots \\[0.3em]
x_n^n & x_n^{n-1} & \cdots & x_n & 1
\end{bmatrix}
\begin{bmatrix}
\beta_n \\[0.3em]
\beta_{n-1} \\[0.3em]
\vdots \\[0.3em]
\beta_0
\end{bmatrix}
= \begin{bmatrix}
y_1 \\[0.3em]
y_2 \\[0.3em]
\vdots \\[0.3em]
y_n
\end{bmatrix}
(\#eq:hointereq3)
\end{equation}
Persamaan matrik tersebut dapat dituliskan sebagai $X\beta = y$. Untuk menyelesaikan persamaan tersebut (memperoleh nilai $\beta$), pembaca dapat membaca kembali Chapter \@ref(linearaljabar). Matriks $X$ disebut sebagai matriks Vandemonde dan matriks tersebut mengandung sejumlah nilai $x$ dengan pangkat sampai dengan $n$.
---------------
**Algoritma Interpolasi Polinomial Orde Tinggi**
1. Tentukan set titik berpasangan $\left(x,y\right)$ yang telah diurutkan.
2. Bentuk matriks Vandermonde sesuai dengan Persamaan \@ref(eq:hointereq3).
3. Definiskan persamaan matriks $X\beta=y$
4. Selesaikan persamaan matriks pada poin 3 untuk memperoleh nilai $\beta$
5. Definisikan persamaan polinomial berdasarkan koefisien $\beta$ yang diperoleh
6. Lakukan substitusi $x$ persamaan polinomial pada poin 5 untuk memperoleh nilai $y$
---------------
Berdasarkan algoritma poin 1 sampai 5, kita dapat membentuk suatu fungsi untuk membentuk persamaan polinomial berdasarkan Persamaan \@ref(eq:hointereq3). Berikut adalah sintaks fungsi tersebut:
```{r}
poly_inter <- function(x, y){
if(length(x) != length(y))
stop("Lenght of x and y vectors must be the same")
n <- length(x)-1
vandermonde <- rep(1, length(x))
for(i in 1:n){
xi <- x^i
vandermonde <- cbind(vandermonde, xi)
}
beta <- solve(vandermonde, y)
names(beta) <- NULL
return(beta)
}
```
```{example, hopoliexmp}
Diketahui koordinat 3 buah titik yaitu (-1,-2), (1,2) dan (0,1). Jika diketahui titik keempat memiliki koordinat sumbu $x$ sebesar -2. Lakukan interpolasi untuk menentukan koordinat sumbu $y$ titik keempat tersebut!
```
**Jawab**:
Untuk menyelesaiakn contoh soal tersebut, kita perlu terlebih dahulu membentuk matriks sesuai dengan Persamaan \@ref(eq:hointereq3). Berdasarkan soal tersebut, terdapat tiga buah titik data yang diketahui, sehingga polinomial yang hendak dibentuk selanjutnya adalah polinomial berderajat 2.
\begin{equation*}
\begin{bmatrix}
-1^2 & -1^{1} & 1 \\[0.3em]
1^2 & 1^{1} & 1 \\[0.3em]
0^2 & 0^{1} & 1
\end{bmatrix}
\begin{bmatrix}
\beta_2 \\[0.3em]
\beta_1 \\[0.3em]
\beta_0
\end{bmatrix}
= \begin{bmatrix}
-2 \\[0.3em]
2 \\[0.3em]
1
\end{bmatrix}
\end{equation*}
Setelah matriks tersebut terbentuk, pembaca dapat menyelesaikannya menggunakan berbagai metode yang telah penulis jelaskan pada Chapter \@ref(linearaljabar) untuk memperoleh nilai $\beta$.
Untuk menyelesaikan contoh soal tersebut pada `R`, kiat perlu membentuk matriks $x$ dan $y$ terlebih dahulu.
```{r}
x <- c(-1, 1, 0)
y <- c(-2, 2, -1)
```
Koefisien persamaan polinomial dihitung menggunakan fungsi `poly_inter()`.
```{r}
(coeff <- poly_inter(x, y))
```
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai $\beta$. Nilai tersebut selanjutnya digunakan untuk membentuk persamaan polinomial. Berikut merupakan persamaan polinomial yang terbentuk:
$$
f\left(x\right)=1x^2+2x-1
$$
Fungsi `horner_poly()` selanjutnya digunakan untuk mengevaluasi polinomial tersebut. Berikut adalah hasil substitusi $x$ pada persamaan tersebut:
```{r}
horner_poly(-2, coeff)
```
Hasil yang diperoleh terlihat cukup sesuai jika kita perhatikan visualisasi ketiga titik tersebut pada Gambar \@ref(fig:hopoliviz).
```{r hopoliviz,echo=FALSE, fig.cap='Interpolasi kuadratik tiga titik \n(Sumber:Howard, 2017).', tidy=FALSE, out.width='80%', fig.align='center', message=FALSE, warning=FALSE}
library(knitr)
img1_path <- "./images/hopoliviz.png"
include_graphics(img1_path)
```
```{example, hopoliexmp2}
Dengan menggunakan data pada Contoh \@ref(exm:linterpexmp), lakukan proses perhitungan untuk membentuk persamaan polinomial menggunakan fungsi `poly_inter()`
```
**Jawab**:
Berdasarkan data pada Contoh \@ref(exm:linterpexmp), polinomial yang terbentuk merupakan polinomial derajat 1 (linier). Berikut adalah nilai koefisien yang dihasilkan dari perhitungan menggunakan fungsi `poly_inter()`.
```{r}
x <- c(2, 0)
y <- c(3, -1)
poly_inter(x, y)
```
Meskipun proses perhitungan menggunakan fungsi `poly_inter()` lebih rumit dibandingkan dengan fungsi `linear_poly()`, hasil perhitungan keduanya menggunakan data pada Contoh \@ref(exm:linterpexmp) menghasilkan hasil yang sama.
## Interpolasi Piecewise {#pwinter}
Interpolasi dengan polinomial sering memberikan hasil yang tidak dapat diterima. Interpolasi polinomial yang dihasilkan dari sejumlah besar data titik biasanya berderajat tinggi. Polinomial berderajat tinggi pada umumnya bersifat osilatif (grafiknya naik turun secara cepat). Akibatnya, perubahan data pada interval kecil dapat menyebabkan fluktuasi besar pada keseluruhan interval. Karena alasan ini, biasanya interpolasi hanya menggunakan polinomial berderajat rendah.
Interpolasi piecewise menawarkan alternatif lain. Pada interpolasi piecewise, pada titik yang berbeda sepanjang kurva, nilai fungsi lebih mungkin lebih baik didekati menggunakan dua atau lebih interpolasi. Pada metode ini kita akan membuat fungsi interpolasi ditiap antara dua titik observasi.
Pada sub-Chapter ini akan dijelaskan 2 buah metode interpolasi piecewise, yaitu: interpolasi linier piecewise dan interpolasi kubik spline. Interpolasi pertama dilakukan menggunakan persamaan linier, sehingga kurva yang terbentuk bukan merupakan kurva kontinu. Interpolasi selanjutnya dilakukan menggunakan persamaan polinomial berderajat tinggi sehingga kurva yang dihasilkan lebih halus (tidak ada sudut siku pada setiap titik).
### Interpolasi Linier Piecewise {#pwlininter}
Interpolasi linier piecewise merupakan interpolasi yang menggunakan pendekatan interpolasi linier. Fungsi linier akan dibentuk pada setiap dua titik observasi. Untuk lebih memahaminya perhatikan kembali Gambar \@ref(fig:hopoliviz). Pada gambar tersebut sebelumnya kita telah membentuk persamaan kudratik untuk menghubungkan titik-titik tersebut. Dibanding menggunakan persamaan polinomial seperti kuadratik tersebut, interpolasi piecewise akan menghubungkan tiap dua titik observasi tersebut dengan garis lurus.
---------------
**Algoritma Interpolasi Linier Piecewise**
1. Tentukan set titik berpasangan $\left(x,y\right)$ yang telah diurutkan berdasarkan nilai sumbu $x$.
2. Hitung $m$ pada setiap dua titik berdekatan menggunakan Persamaan \@ref(eq:lineinter)
3. Hitung $b$ pada setiap dua titik berdekatan menggunakan Persamaan \@ref(eq:lineinter2)
4. Definiskan fungsi linier berdasarkan nilai $m$ dan $b$
5. Hitung $y$ dengan cara substitusi nilai $x$ pada persamaan linier untuk melakukan interpolasi nilai $y$ yang ingin dicari.
6. Untuk melakukan ekstrapolasi dengan titik observasi diluar rentang titik diketahui, gunakan persamaan linier yang berada pada bagian ujung terdekat dengan nilai $x$ yang hendak dicari nilai $y$-nya.
---------------
Berdasarkan algoritma tersebut, kita dapat menyusun fungsi pada `R` untuk membentuk persamaan linier piecewise. Berikut adalah sintaks yang digunakan:
```{r}
pwise_linterp <- function(x, y){
n <- length(x)-1
y <- y[order(x)]
x <- x[order(x)]
m_vec <- b_vec <- c()
for(i in 1:n){
m <- (y[i+1]-y[i]) / (x[i+1]-x[i])
b <- y[i+1] - m*x[i+1]
m_vec <- c(m_vec, m)
b_vec <- c(b_vec, b)
}
return(list(b = b_vec, m = m_vec))
}
```
```{example, pwiselinexm}
Tentukan persamaan-persamaan linier yang dihasilkan dari titik observasi yang ditampilkan pada Contoh \@ref(exm:hopoliexmp)?
```
**Jawab**:
Untuk menentukan persamaan-persamaan linier yang menghubungkan setiap titik, kita akan menggunakan fungsi `pwise_linterp()` yang telah kita buat. Berikut adalah sintaks yang digunakan:
```{r}
x <- c(-1, 1, 0, -2)
y <- c(-2, 2, -1, -1)
pwise_linterp(x, y)
```
Jika persamaan-persamaan yang terbentuk tersebut divisualisasikan akan terlihat seperti pada Gambar \@ref(fig:pwiselinviz).
```{r pwiselinviz,echo=FALSE, fig.cap='Interpolasi linier piecewise empat titik \n(Sumber:Howard, 2017).', tidy=FALSE, out.width='80%', fig.align='center', message=FALSE, warning=FALSE}
library(knitr)
img1_path <- "./images/pwiselinviz.png"
include_graphics(img1_path)
```
`R` juga menyediakan fungsi untuk melakukan interpolasi linier piecewise. Fungsi `approxfun()` dapat digunakan untuk melakukan interpolasi tersebut. Fungsi `approxfun()` hanya memerlukan dua input yaitu vektor $x$ dan vektor $x$. Untuk lebih memahaminya, kita akan menggunakan kembali data yang disajikan pada Contoh \@ref(exm:hopoliexmp) untuk membuat fungsi linier piecewise. Berikut adalah sintaks yang digunakan:
```{r}
f <- approxfun(x, y)
# tentukan nilai y jika x= 0
f(0)
# tentukan nilai y jika x = 0.5
f(0.5)
```
### Interpolasi Spline Kubik {#cubicspline}
Jika menggunakan interpolasi polinomial berderajat satu (sebuah garis) lebih dari beberapa interval merupakan peningkatan dari satu baris interpolasi, dan jika menggunakan polinomial berderajat tinggi juga merupakan peningkatan dari satu garis interpolasi tunggal, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan polinomial berderajat tinggi pada selang beberapa interval juga akan menjadi peningkatan dalam proses interpolasi. Dalam beberapa kasus, hal tersebut benar, tetapi kita masih menghadapi sudut tajam di mana masing-masing kurva interpolasi tergabung (interpolasi linier piecewise). Sudut tajam ini mencegah diferensiasi dan pada prakteknya tidak dapat digunakan untuk memodelkan beberapa fungsi di dunia nyata, seperti *roller coaster span*.
Interpolasi spline kubik memecahkan masalah ini. Interpolasi ini akan memberikan kurva tergabung yang halus. Hal tersebut juga membuat spline terintegrasi. Karena setiap bagian individu diwakili oleh kurva kubik (polinomial derajat 3), maka masing-masing bagian individu juga dapat dianalisis sebagai kurva kubik. Dengan asumsi ada $n$ titik data untuk interpolasi, kita akan mendefinisikan $S_i$ sebagai fungsi polinomial kubik yang mewakili kurva pada domain $\left[x_i; x_{i + 1}\right]$. Kemudian untuk $n$ titik observasi, ada $n - 1$ interpolasi polinomial kubik.
Bentuk umum seri polinomial dituliskan pada Persamaan \@ref(eq:pwisequb).
\begin{equation}
S_i=d_i\left(x-x_i\right)^3+c_i\left(x-x_i\right)^2+b_i\left(x-x_i\right)+a_i
(\#eq:pwisequb)
\end{equation}
Ini mengarah ke 4 nilai yang tidak diketahui tidak diketahui, yaitu: $a_i$, $b_i$, $c_i$, dan $d_i$ pada setiap Persamaan \@ref(eq:pwisequb). Oleh karena itu, ada $4 \left(n - 1\right) = 4n - 4$ nilai yang tidak diketahui. Karena kita ingin spline membentuk garis kontinu dan dapat didiferensiasi, ada satu set persamaan yang menentukan spline kubik:
\begin{equation}
S_i\left(x_i\right)=y_i,\ \ \ \ \ \ \ \ \ \ i=1,\dots\dots,n-1
(\#eq:pwisequb2)
\end{equation}
\begin{equation}
S_i\left(x_{i+1}\right)=y_{i+1},\ \ \ \ \ \ \ \ \ \ i=1,\dots\dots,n-1
(\#eq:pwisequb3)
\end{equation}
\begin{equation}
S_i'\left(x_{i+1}\right)=S'_{i+1}\left(x_i\right),\ \ \ \ \ \ \ \ \ \ i=1,\dots\dots,n-2
(\#eq:pwisequb4)
\end{equation}
\begin{equation}
S_i''\left(x_{i+1}\right)=S''_{i+1}\left(x_i\right),\ \ \ \ \ \ \ \ \ \ i=1,\dots\dots,n-2
(\#eq:pwisequb5)
\end{equation}
Persamaan \@ref(eq:pwisequb2) dan \@ref(eq:pwisequb3) sudah cukup jelas. Persyaratan ini memastikan bahwa jika kita mengevaluasi spline di salah satu node internal, hasil yang akan kita peroleh merupakan jawaban yang telah ditentukan, yaitu spline yang dievaluasi pada $x_i$ untuk beberapa $i$ adalah $y_i$, dan setiap komponen spline bergabung dengan rapi. Persamaan \@ref(eq:pwisequb4) memastikan bahwa kita memiliki turunan pertama yang berkelanjutan di setiap simpul internal. Ini mencegah terbentuknya sudut tajam pada tiap node. Persamaan \@ref(eq:pwisequb5) memastikan turunan kedua juga kontinu, dimana kondisi ini menguntungkan karena itu berarti turunan pertama itu sendiri dapat didiferensiasi juga.
Kondisi ini menyebabkan ada $4n − 6$ kondisi yang harus kita penuhi. Jika $4n − 4$ kita yang tidak diketahui dipecahkan sebagai sebuah matriks, dan akhirnya matriks tersebut akan terpecahkan, matriks akan menjadi kurang ditentukan. Kita dapat menyelesaikan kondisi tersebut dengan memasukkan dua ketentuan tambahan. Dengan splines kubik, secara normal adalah menentukan akhir di kedua ujung untuk mencapai dua kondisi tambahan. Untuk contoh ini, dua kondisi yang akan kita tambahkan adalah $S_i''\left(x_{i}\right)= 0$ dan $S_i''\left(x_{n}\right)= 0$. Kedua kondisi ini memastikan bahwa pada titik akhir, turunan pertamanya linier dan oleh karena itu fungsi spline berlanjut ke arah yang sudah berjalan. Interpolasi spline kubik ini disebut juga sebagai "natural spline".
Awalnya, kita dapat melihat bahwa setiap polinomial kubik $S_i$ digeser ke kanan oleh unit $x_i$ atau bergeser ke kiri jika $x_i$ negatif. Pada $x_i$ nilai fungsi adalah $a_i$ yang berarti $a_i = y_i$ untuk setiap nilai $i$. Menyelesaikan sisa koefisien yang ada akan lebih kompleks, tetapi sekarang $3n$ tidak diketahui dengan $3n$ kondisi. Derivasi penuh tersedia dari berbagai sumber, tetapi secara garis besar dari Persamaan \@ref(eq:pwisequb4) kita mendapatkan $S_i'\left(x_{i+1}\right)=S'_{i+1}$, kemudian $S'_{i + 1} - S'_i \left(x\right) = 0$, dan kita dapat mensubstitusi Persamaan \@ref(eq:pwisequb) ke dalam kedua komponen, pemecahan untuk $d_i$ dalam hal ini $x_i$, $y_i$, dan $c_i$. Proses yang sama dapat direplikasi dengan Persamaan \@ref(eq:pwisequb5) dan $b_i$. Hasilnya adalah matriks tridiagonal, seperti yang ada pada Chapter \@ref(matriktridiagonal), yang dapat dipecahkan untuk menemukan koefisien. Terdapat sebuah matriks, A, sedemikian rupa sehingga,
\begin{equation}
AC=V
(\#eq:pwisequb6)
\end{equation}
dimana $A$ merupakan matriks tridiagonal. Pada matriks tridiagonal ini $\left(u_1,u_2,\dots,u_{n-1}\right)$ merupakan vektor $U$, dan vektor $M$, $L$, dan $V$ ditentukan dengan cara serupa. Matriks ini sedemikian rupa,
\begin{equation}
u_i=l_i=x_{i+1}-x_i
(\#eq:pwisequb7)
\end{equation}
kecuali pada $u_0=l_n$. Lebih jauh, diagonal utama $D$ ditentukan menggunakan Persamaan \@ref(eq:pwisequb8).
\begin{equation}
m_i=2\left(x_{i+1}-x_i+x_i-x_{i-1}\right)
(\#eq:pwisequb8)
\end{equation}
kecuali pada $d_0=d_n=1$. Akhirnya vektor $V$ ditentukan dengan Persamaan \@ref(eq:pwisequb9).
\begin{equation}
v_i=3\left(\frac{y_{i+1}-y_i}{x_{i+1}-x_i}-\frac{y_i-y_{i-1}}{x_i-x_{i-1}}\right)
(\#eq:pwisequb9)
\end{equation}
kecuali pada $v_0=v_n=0$. Sehingga,
\begin{equation}
\begin{bmatrix}
m_{1} & u_{1} & 0 & 0 & 0 \\[0.3em]
l_{1} & m_{2} & u_{2} & 0 & 0 \\[0.3em]
0 & l_{2} & \ddots & \ddots & 0 \\[0.3em]
0 & 0 & \ddots & \ddots & u_{n-1} \\[0.3em]
0 & 0 & 0 &l_{n-1} & m_{n}
\end{bmatrix}
C
= \begin{bmatrix}
v_1 \\[0.3em]
v_2 \\[0.3em]
\vdots \\[0.3em]
\vdots \\[0.3em]
v_n
\end{bmatrix}
(\#eq:pwisequb10)
\end{equation}
Penyelesaian Persamaan \@ref(eq:pwisequb10) akan menghasilkan vektor koefisien $c$, sehingga koefisien $b$ dapat dihitung menggunakan Persamaan \@ref(eq:pwisequb11).
\begin{equation}
b_i=\frac{y_{i+1}-y_i}{x_{i+1}-x_i}-\frac{x_{i+1}-x_i}{3}\left(2c_i+c_{i+1}\right)
(\#eq:pwisequb11)
\end{equation}
Dengan menggunakan vektor $C$ yang sudah diketahui, koefisien $d$ dapat dihitung menggunakan Persamaan \@ref(eq:pwisequb12).
\begin{equation}
d_i=\frac{c_{i+1}-c_i}{3\left(x_{i+1}-x_i\right)}
(\#eq:pwisequb12)
\end{equation}
---------------
**Algoritma Interpolasi Spline Kubik**
1. Tentukan set titik berpasangan $\left(x,y\right)$.
2. Tentukan koefisien $a_i$ menggunakan Persamaan \@ref(eq:pwisequb2), dimana $a_i = y_i$.
3. Hitung elemen diagonal bawah ($l_i$) dan elemen diagonal atas ($u_i$) matriks tridiagonal menggunakan Persamaan \@ref(eq:pwisequb7), dimana $u_0=l_n=0$.
4. Hitung elemen diagonal utama ($m_i$) menggunakan Persamaan \@ref(eq:pwisequb8), dimana $d_0=d_n=1$.
5. Hitung elemen vektor $V$ menggunakan Persamaan \@ref(eq:pwisequb9), dimana $v_0=v_n=0$.
6. Susunlah elemen $l_i$, $u_i$, dan $m_i$ menjadi matriks tridiagonal $A$.
7. Deifinisikan persamaan linier seperti pada Persamaan \@ref(eq:pwisequb6)
8. Selesaikan sistem persamaan linier pada Persamaan \@ref(eq:pwisequb6) sehingga diperoleh vektor $C$ yang merupakan kumpulan koefisien $c$.
9. Hitung koefisien $b_i$ menggunakan Persamaan \@ref(eq:pwisequb11)
10. Hitung koefisien $d_i$ menggunakan Persamaan \@ref(eq:pwisequb12).
11. Bentuk seri persamaan polinomial menggunakan elemen koefisien $a$, $b$, $c$, dan $d$ yang telah dihitung.
6. Untuk melakukan ekstrapolasi dengan titik observasi diluar rentang titik diketahui, gunakan persamaan polinomial yang berada pada bagian ujung terdekat dengan nilai $x$ yang hendak dicari nilai $y$-nya.
---------------
Berdasarkan algoritma tersebut, kita dapat menyusun suatu fungsi pada `R` untuk mencari seri persamaan polinomial derajat tiga. Fungsi tersebut adalah sebagai berikut:
```{r}
cubic_spline <- function(x, y){
n <- length(x)
d_vec <- b_vec <- a_vec <- rep(0, n-1)
vec <- rep(0, n)
delta_x <- delta_y <- rep(0, n-1)
## Menghitung nilai selisih dan vektor A
for(i in 1:(n-1)){
a_vec[i] <- y[i]
delta_x[i] <- x[i+1] - x[i]
delta_y[i] <- y[i+1] - y[i]
}
## Menyusun matriks tridiagona
Au <- c(0, delta_x[2:(n-1)])
Am <- c(1, 2*(delta_x[1:(n-2)]+delta_x[2:(n-1)]), 1)
Al <- c(delta_x[1:(n-2)], 0)
vec[0] <- vec[n] <- 0
for(i in 2:(n-1))
vec[i] <- 3 * (delta_y[i]/delta_x[i] -
delta_y[i-1]/delta_x[i-1])
## penyelesaian tridiagonal matriks
nm <- length(Am)
Al <- c(NA , Al)
### forward sweep
Au[1] <- Au[1] / Am[1]
vec[1] <- vec[1] / Am[1]
for(i in 2:(n - 1)){
Au[i] <- Au[i] / (Am[i] - Al[i] * Au[i - 1])
vec[i] <- (vec[i] - Al[i] * vec[i - 1]) /
(Am[i] - Al[i] * Au[i - 1])
}
vec[n] <- (vec[n] - Al[n] * vec[n - 1])/
(Am[n] - Al[n] * Au[n - 1])
### backward sweep
c_vec <- rep.int (0, n)
c_vec[n] <- vec[n]
for(i in (n - 1) :1)
c_vec[i] <- vec[i] - Au[i] * c_vec[i + 1]
## Hitung vektor B dan D dari vektor C
for(i in 1:(n-1)){
b_vec[i] <- (delta_y[i]/delta_x[i])-
(delta_x[i]/3)*(2*c_vec[i]+c_vec[i+1])
d_vec[i] <- (c_vec[i+1]-c_vec[i]) / (3*delta_x[i])
}
return(list(a = a_vec, b = b_vec, c = c_vec[-n], d = d_vec))
}
```
```{example, cubicsplineexm}
Tentukan persamaan-persamaan spline kubik yang dihasilkan dari titik observasi yang ditampilkan pada Contoh \@ref(exm:hopoliexmp)?
```
**Jawab**:
Untuk menentukan persamaan-persamaan linier yang menghubungkan setiap titik, kita akan menggunakan fungsi `cubic_spline()` yang telah kita buat. Berikut adalah sintaks yang digunakan:
```{r}
x <- c(-2, -1, 0, 1)
y <- c(-1, -2, -1, 2)
cubic_spline(x, y)
```
Sebagai contoh untuk domain $\left[0,1\right]$, persamaan spline kubiknya adalah $-0,4x^3+1,2x^2+2,2x-1$. Jika persamaan-persamaan yang terbentuk tersebut divisualisasikan akan terlihat seperti pada Gambar \@ref(fig:cubicsplineviz).
```{r cubicsplineviz,echo=FALSE, fig.cap='Interpolasi spline kubik empat titik \n(Sumber:Howard, 2017).', tidy=FALSE, out.width='80%', fig.align='center', message=FALSE, warning=FALSE}
library(knitr)
img1_path <- "./images/cubicsplineviz.png"
include_graphics(img1_path)
```
Pada `R` juga terdapat fungsi `splinefun()` untuk melakukan interpolasi spline. Format fungsi tersebut adalah sebagai berikut:
```{r, eval=FALSE}
splinefun(x, y = NULL,
method = c("fmm", "periodic", "natural", "monoH.FC", "hyman"),
ties = mean)
```
> **Catatan:**
>
> * `x,y` : vektor titik yang akan dilakukan interpolasi
> * `method` : spesifikasi jenis spline yang digunakan. Nilai yang mungkin antara lain: `"fmm"`, `"natural"`, `"periodic"`, `"monoH.FC"` dan `"hyman"`.
> * `ties` : metode untuk menangani nilai imbang pada titik yang akan diinterpolasi.
Untuk melakukan interpolasi spline kubik, metode yang digunakan adalah `"natural"`. Berikut adalah contoh interpolasi menggunakan kembali data pada Contoh \@ref(exm:hopoliexmp):
```{r}
spline <- splinefun(x, y, method="natural")
# uji dengan nilai x yang sama
spline(x)
```
FUngsi `splinefun()` menghasilkan nilai yang sama persis dengan proses interpolasi yang telah kita lakukan.
## Studi Kasus
Pada studi kasus kali ini, kita akan membahas teknik mengisi nilai yang hilang pada data runtun waktu. Terdapat banyak teknik untuk yang dapat digunakan untuk mengisi data yang hilang. Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah dengan melakukan interpolasi.
### Interpolasi Data Runtun Waktu
Pengisian data hilang pada data runtun waktu (*time series*) dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan situasi yang dihadapi. Pengisian dapat menggunakan nilai rata-rata jika data memiliki pola *white noise*, observasi terakhir atau observasi dimasa mendatang, dan interpolasi linier.
Data yang digunakan pada contoh kasus kali ini adalah data `airquality`. Dataset tersebut merupakan data kualitas udara bulan Mei sampai September 1973 yang ada di New York. Berikut adalah ringkasan data `airquality` tersebut:
```{r}
summary(airquality)
str(airquality)
```
```{r}
head(airquality)
```
Pada contoh kasus kali ini kita akan mencoba melakukan pengisian data hilang pada data `Solar.R` pada dataset `airquality`. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah membuat objek data runtun waktu pada data tersebut.
```{r}
Solar <- ts(airquality[,"Solar.R"])
```
Visualisasi data tersebut disajikan pada Gambar \@ref(fig:timeviz).
```{r timeviz,echo=FALSE, fig.cap='Visualisasi variabel radiasi matahari pada dataset airquality.', tidy=FALSE, out.width='80%', fig.align='center', message=FALSE, warning=FALSE}
plot.ts(Solar)
```
Berdasarkan visualisasi tersebut terdapat garis yang terputus yang menunjukkan data yang hilang. Agar garis tersebut dapat tersambung, kita perlu melakukan pengisian nilai yang hilang pada data tersebut. Berikut adalah sintaks yang digunakan untuk melakukan pengisian nilai hilang tersebut:
```{r}
library(xts)
# metode nilai rata-rata
Solar_mean <- na.fill(Solar, fill=mean(Solar, na.rm=TRUE))
# metode last observation carried forward
Solar_locf <- na.locf(Solar)
# metode next observation caried backward
Solar_nocb <- na.locf(Solar, fromLast = TRUE)
# metode interpolasi linier
Solar_linterp <- na.approx(Solar)
```
Berikut adalah visualisasi menggunakan metode nilai rata-rata:
```{r timeviz2,echo=FALSE, fig.cap='Visualisasi data radiasi matahari menggunakan metode nilai rata-rata.', tidy=FALSE, out.width='80%', fig.align='center', message=FALSE, warning=FALSE}
plot.ts(Solar_mean)
```
Secara berturut-turut berikut adalah visualisasi dari metode locf, nocb, dan interpolasi linier:
```{r timeviz3,echo=FALSE, fig.cap='Visualisasi data radiasi matahari menggunakan metode locf.', tidy=FALSE, out.width='80%', fig.align='center', message=FALSE, warning=FALSE}
plot.ts(Solar_locf)
```
```{r timeviz4,echo=FALSE, fig.cap='Visualisasi data radiasi matahari menggunakan metode nocb.', tidy=FALSE, out.width='80%', fig.align='center', message=FALSE, warning=FALSE}
plot.ts(Solar_nocb)
```
```{r timeviz5,echo=FALSE, fig.cap='Visualisasi data radiasi matahari menggunakan metode interpolasi linier.', tidy=FALSE, out.width='80%', fig.align='center', message=FALSE, warning=FALSE}
plot.ts(Solar_linterp)
```
Pemilihan metode interpolasi mana yang sesuai akan berbeda pada setiap situasi dan jenis data yang akan dilakukan interpolasi. Interpolasi data runtun waktu pada bidang lingkungan umumnya menggunakan metode interpolasi nilai rata-rata dan linier dan tidak menutup kemungkinan interpolasi dengan metode lain yang telah dijelaskan pada buku ini dapat pula digunakan.
Pada situasi dimana data membentuk pola *white noises* (pola acak disekitar nilai rata-rata dan memiliki varians yang konstan) seperti yang ditunjukkan variabel `Solar.R`, interpolaasi dengan nilai rata-rata cukup sesuai untuk digunakan untuk mengisi nilai hilang (*missing value*) pada data runtun waktu tersebut.
## Referensi
1. Howard, J.P. 2017. **Computational Methods for Numerical Analysis with R**. CRC Press.
2. Kreyszig, E. 2011. **Advanced Engineering Mathematics, 10th Edition**. John Wiley & Sons.
3. Suparno, S. 2008. **Komputasi untuk Sains dan Teknik Edisi II**. Departemen Fisika-FMIPA Universitas Indonesia.
## Latihan
1. Diberikan data titik (3,5), (0,-2), dan (4,1). Tentukan persamaan polinomial untuk melakukan interpolasi pada ketiga titik tersebut!
2. Jika diberikan 13 titik observasi, apakah saudara cenderung akan menggunakan interpolasi polinomial atau spline? jelaskan alasan saudara?
3. Bentuklah kembali fungsi `poly_inter()` dengan menambahkan metode evaluasi polinomial ke dalam fungsi tersebut!
4. Pada Latihan No.1, bentuklah persamaan spline kubik menggunakan titik observasi tersebut!