-
Notifications
You must be signed in to change notification settings - Fork 4
/
Copy path04-pemrograman_dan_fungsi.Rmd
514 lines (377 loc) · 18.4 KB
/
04-pemrograman_dan_fungsi.Rmd
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
305
306
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
326
327
328
329
330
331
332
333
334
335
336
337
338
339
340
341
342
343
344
345
346
347
348
349
350
351
352
353
354
355
356
357
358
359
360
361
362
363
364
365
366
367
368
369
370
371
372
373
374
375
376
377
378
379
380
381
382
383
384
385
386
387
388
389
390
391
392
393
394
395
396
397
398
399
400
401
402
403
404
405
406
407
408
409
410
411
412
413
414
415
416
417
418
419
420
421
422
423
424
425
426
427
428
429
430
431
432
433
434
435
436
437
438
439
440
441
442
443
444
445
446
447
448
449
450
451
452
453
454
455
456
457
458
459
460
461
462
463
464
465
466
467
468
469
470
471
472
473
474
475
476
477
478
479
480
481
482
483
484
485
486
487
488
489
490
491
492
493
494
495
496
497
498
499
500
501
502
503
504
505
506
507
508
509
510
511
512
513
514
<style>
body{
text-align: justify}
</style>
# Pemrograman dan Fungsi {#programmingandfunction}
Kita telah membahas dasar-dasar kalkulasi menggunakan `R` pada Chapter \@ref(calculation). Pada Chapter \@ref(programmingandfunction) kita akan membahas dasar pemrograman menggunakan `R`. Pada chapter ini kita juga akan membahas bagaimana kita dapat membentuk suatu fungsi menggunakan `R` untuk pekerjaan yang berulang-ulang.
## Loop {#loop}
*Loop* merupakan kode program yang berulang-ulang. *Loop* berguna saat kita ingin melakukan sebuah perintah yang perlu dijalankan berulang-ulang seperti melakukan perhitungan maupaun melakukan visualisasi terhadap banyak variabel secara serentak. Hal ini tentu saja membantu kita karena kita tidak perlu menulis sejumlah sintaks yang berulang-ulang. Kita hanya perlu mengatur *statement* berdasarkan hasil yang kita harapkan.
Pada `R` bentuk *loop* dapat bermacam-macam ("*for loop*","*while loop*", dll). `R` menyederhanakan bentuk *loop* ini dengan menyediakan sejumlah fungsi seperti `apply()`,`tapply()`, dll. Sehingga `loop` jarang sekali muncul dalam kode `R`. Sehingga `R` sering disebut sebagai *loopless loop*.
Meski *loop* jarang muncul bukan berarti kita tidak akan melakukannya. Terkadang saat kita melakukan komputasi statistik atau matematik dan belum terdapat *library* yang mendukung proses tersebut, sering kali kita akan membuat sintaks sendiri berdasarkan algoritma metode tersebut. Pada algoritma tersebut sering pula terdapat *loop* yang diperlukan selama proses perhitungan. Secara sederhana diagram umum loop ditampilkan pada Gambar \@ref(fig:loop)
```{r loop, echo=FALSE, fig.cap='Diagram umum loop (sumber: Primartha, 2018).', tidy=FALSE, out.width='40%', fig.align='center', warning=FALSE}
library(knitr)
img1_path <- "./images/skema_loop.png"
include_graphics(img1_path)
```
### For Loop {#forloop}
Mengulangi sebuah *statement* atau sekelompok *statement* sebanyak nilai yang ditentukan di awal. Jadi operasi akan terus dilakukan sampai dengan jumlah yang telah ditetapkan di awal atau dengan kata lain tes kondisi (Jika jumlah pengulangan telah cukup) hanya akan dilakukan di akhir. Secara sederhana bentuk dari *for loop* dapat dituliskan sebagai berikut:
```{r, eval=FALSE}
for (value in vector){
statements
}
```
Berikut adalah contoh sintaks penerapan *for loop*:
```{r}
# Membuat vektor numerik
vektor <- c(1:5)
# loop
for(i in vektor){
print(i)
}
```
*Loop* akan dimulai dari blok *statement for* sampai dengan `print(i)`. Berdasarkan *loop* pada contoh tersebut, *loop* hanya dilakukan sebanyak 5 kali sesuai dengan jumlah vektor yang ada.
### While Loop {#whileloop}
*While loop* merupakan loop yang digunakan ketika kita telah menetapkan *stop condition* sebelumnya. Blok *statement*/kode yang sama akan terus dijalankan sampai *stop condition* ini tercapai. *Stop condition* akan di cek sebelum melakukan proses *loop*. Berikut adalah pola dari *while loop* dapat dituliskan sebagai berikut:
```{r, eval=FALSE}
while (test_expression){
statement
}
```
Berikut adalah contoh penerapan dari *while loop*:
```{r}
coba <- c("Contoh")
counter <- 1
# loop
while (counter<5){
# print vektor
print(coba)
# tambahkan nilai counter sehingga proses terus berlangsung sampai counter = 5
counter <- counter + 1
}
```
*Loop* akan dimulai dari blok *statement while* sampai dengan *counter* <- 1. *Loop* hanya akan dilakukan sepanjang nilai *counter* < 5.
### Repeat Loop {#repeatloop}
*Repeat loop* akan menjalankan *statement*/kode yang sama berulang-ulang hingga *stop condition* tercapai. Berikut adalah pola dari *repeat loop*.
```{r, eval=FALSE}
repeat {
commands
if(condition){
break
}
}
```
Berikut adalah contoh penerapan dari *repeat loop*:
```{r}
coba <- c("contoh")
counter <- 1
repeat {
print(coba)
counter <- counter + 1
if(counter < 5){
break
}
}
```
*Loop* akan dimulai dari blok *statement while* sampai dengan *break*. *Loop* hanya akan dilakukan sepanjang nilai *counter* < 5. Hasil yang diperoleh berbeda dengan *while loop*, dimana kita memperoleh 4 buah kata "contoh". Hal ini disebabkan karena *repeat loop* melakukan pengecekan *stop condition* tidak di awal loop seperti *while loop* sehingga berapapun nilainya, selama nilainya sesuai dengan *stop condition* maka *loop* akan dihentikan. Hal ini berbeda dengan *while loop* dimana proses dilakukan berulang-ulang sampai jumlahnya mendekati *stop condition*.
### Break {#break}
*Break* sebenarnya bukan bagian dari *loop*, namun sering digunakan dalam *loop*. *Break* dapat digunakan pada *loop* manakala dirasa perlu, yaitu saat kondisi yang disyaratkan pada *break* tercapai.
Berikut adalah contoh penerapan *break* pada beberapa jenis *loop*.
```{r}
# for loop
a = c(2,4,6,8,10,12,14)
for(i in a){
if(i>8){
break
}
print(i)
}
# while loop
a = 2
b = 4
while(a<7){
print(a)
a = a +1
if(b+a>10){
break
}
}
# repeat loop
a = 1
repeat{
print(a)
a = a+1
if(a>6){
break
}
}
```
## Loop Menggunakan Apply Family Function {#loopapply}
Penggunaan loop sangat membantu kita dalam melakukan proses perhitungan berulang. Namun, metode ini tidak cukup ringkas dalam penerapannya dan perlu penulisan sintaks yang cukup panjang untuk menyelesaikan sebuah kasus yang kita inginkan. Berikut adalah sebuah sintaks yang digunakan untuk menghitung nilai mean pada suatu dataset:
```{r}
# subset data iris
sub_iris <- iris[,-5]
# membuat vektor untuk menyimpan hasil loop
a <- rep(NA,4)
# loop
for(i in 1:length(sub_iris)){
a[i]<-mean(sub_iris[,i])
}
# print
a
class(a) # cek kelas objek
```
Metode alternatif lain untuk melakukan loop suatu fungsi adalah dengan menggunakan Apply function family. Metode ini memungkinkan kita untuk melakukan loop suatu fungsi tanpa perlu menuliskan sintaks loop. Berikut adalah beberapa fungsi dari apply family yang nantinya akan sering kita gunakan:
- `apply()`: fungsi generik yang mengaplikasikan fungsi kepada kolom atau baris pada matriks atau secara lebih general aplikasi dilakukan pada dimensi untuk jenis data array.
- `lapply()`: fungsi apply yang bekerja pada jenis data list dan memberikan output berupa list juga.
- `sapply()`: bentuk sederhana dari lapply yang menghasilkan output berupa matriks atau vektor.
- `vapply()`: disebut juga *verified apply* (memungkinkan untuk menghasilkan output dengan jenis data yang telah ditentukan sebelumnya).
- `tapply()`: *tagged apply* dimana dimana tag menentukan subset dari data.
### Apply {#apply}
Fungsi `apply()` bekerja dengan jenis data matrik atau array (jenis data homogen). Kita dapat melakukan spesifikasi apakah suatu fungsi hanya akan bekerja pada kolom saja, baris saja atau keduanya. Format fungsi ini adalah sebagai berikut:
```{r, eval=FALSE}
apply(X, MARGIN, FUN, ...)
```
> **Catatan:**
>
> - **X**: matriks atau array
> - **MARGIN**: menentukan bagaimana fungsi bekerja terhadap matriks atau array. Jika nilai yang diinputkan 1, maka fungsi akan bekerja pada masing-masing baris pada matriks. Jika nilainya 2, maka fungsi akan bekerja pada tiap kolom pada matriks.
- **FUN**: fungsi yang akan digunakan. Fungsi yang dapat digunakan dapat berupa fungsi dasar matematika atau statistika, serta user define function.
- **...**: opsional argumen pada fungsi yang digunakan.
Berikut adalah contoh bagaimana aplikasi fungsi tersebut pada matriks:
```{r}
## membuat matriks
x <- cbind(x1 = 3, x2 = c(4:1, 2:5))
x # print
class(x) # cek kelas objek
## menghitung mean masing-masing kolom
apply(x, MARGIN=2 ,FUN=mean, trim=0.2, na.rm=TRUE)
## menghitung range pada masing-masing baris
## menggunakan user define function
apply(x, MARGIN=1,
FUN=function(x){
max(x)-min(x)
})
```
### lapply {#lapply}
Fungsi ini melakukan loop fungsi terhadap input data berupa list. Output yang dihasilkan juga merupakan list dengan panjang list yang sama dengan yang diinputkan. Format yang digunakan adalah sebagai berikut:
```{r, eval=FALSE}
lapply(X, FUN, ...)
```
> **Catatan:**
>
> - **X**: vektor, data frame atau list
> - **FUN**: fungsi yang akan digunakan. Fungsi yang dapat digunakan dapat berupa fungsi dasar matematika atau statistika, serta user define function. Subset juga dimungkinkan pada fungsi ini.
> - **...**: opsional argumen pada fungsi yang digunakan.
Berikut adalah contoh penerapan fungsi lapply:
```{r}
## Membuat list
x <- list(a = 1:10, beta = exp(-3:3), logic = c(TRUE,FALSE,FALSE,TRUE))
x # print
class(x) # cek kelas objek
## Menghitung nilai mean pada masing-masing baris lits
lapply(x, FUN=mean)
## Menghitung mean tiap kolom dataset iris
lapply(iris, FUN=mean)
## Mengalikan elemen vektor dengan suatu nilai
y <- c(1:5)
lapply(y, FUN=function(x){x*5})
## Mengubah output menjadi vektor
unlist(lapply(y, FUN=function(x){x*5}))
```
### sapply {#sapply}
Fungsi `sapply()` merupakan bentuk lain dari fungsi `lapply()`. Perbedaanya terletak pada output default yang dihasilkan. Secara default `sapply()` menerima input utama berupa list (dapat pula dataframe atau vektor), namun tidak seperti `lapply()` jenis data output yang dihasilkan adalah vektor. Untuk mengubah output menjadi list perlu argumen tambahan berupa `simplify=FALSE`. Format fungsi tersebut adalah sebagai berikut:
```{r, eval=FALSE}
sapply(X, FUN, ..., simplify = TRUE, USE.NAMES = TRUE)
```
> **Catatan:**
>
> - **X**: vektor, data frame atau list
> - **FUN**: fungsi yang akan digunakan. Fungsi yang dapat digunakan dapat berupa fungsi dasar matematika atau statistika, serta user define function. Subset juga dimungkinkan pada fungsi ini.
> - **...**: opsional argumen pada fungsi yang digunakan.
> - **simplify**: logical. Jika nilainya `TRUE` maka output yang dihasilkan adalah bentuk sederhana dari vektor, matrix atau array.
> - **USE.NAMES**: jika list memiliki nama pada setiap elemennya, maka nama elemen tersebut akan secara default ditampilkan.
Berikut adalah contoh penerapannya:
```{r}
## membuat list
x <- list(a = 1:10, beta = exp(-3:3), logic = c(TRUE,FALSE,FALSE,TRUE))
## menghitung nilai mean setiap elemen
sapply(x, FUN=mean)
## menghitung nilai mean dengan output list
sapply(x, FUN=mean, simplify=FALSE)
## summary objek dataframe
sapply(mtcars, FUN=summary)
## summary objek list
a <- list(mobil=mtcars, anggrek=iris)
sapply(a, FUN=summary)
```
### vapply {#vapply}
Funsgi ini merupakan bentuk lain dari `sapply()`. Bedanya secara kecepatan proses fungsi ini lebih cepat dari `sapply()`. Hal yang menarik dari fungsi ini kita dapat menambahkan argumen `FUN.VALUE`. pada argumen ini kita memasukkan vektor berupa output fungsi yang diinginkan. Perbedaan lainnya adalah output yang dihasilkan hanya berupa matriks atau array. Format dari fungsi ini adalah sebagai berikut:
```{r, eval=FALSE}
vapply(X, FUN, FUN.VALUE, ..., USE.NAMES = TRUE)
```
> **Catatan:**
>
> - **X**: vektor, data frame atau list
> - **FUN**: fungsi yang akan digunakan. Fungsi yang dapat digunakan dapat berupa fungsi dasar matematika atau statistika, serta user define function. Subset juga dimungkinkan pada fungsi ini.
> - **FUN.VALUE**: vektor, template dari return value FUN.
> - **...**: opsional argumen pada fungsi yang digunakan.
> - **USE.NAMES**: jika list memiliki nama pada setiap elemennya, maka nama elemen tersebut akan secara default ditampilkan.
Berikut adalah contoh penerapannya:
```{r}
## membuat list
x <- sapply(3:9, seq)
x # print
## membuat ringkasan data pada tiap elemen list
vapply(x, fivenum,
c(Min. = 0, "1st Qu." = 0,
Median = 0, "3rd Qu." = 0, Max. = 0))
## membuat ringkasan data pada tiap kolom dataframe
vapply(mtcars, summary,
c(Min. = 0, "1st Qu." = 0,
Median = 0, "3rd Qu." = 0, Max. = 0, Mean=0))
```
### tapply {#tapply}
Fungsi ini sangat berguna jika pembaca ingin menghitung suatu nilai misalnya mean berdasarkan grup data atau factor. Format fungsi ini adalah sebagi berikut:
```{r, eval=FALSE}
tapply(X, INDEX, FUN = NULL, ..., simplify = TRUE)
```
> **Catatan:**
>
> - **X**: vektor, data frame atau list
> - **INDEX**: list satu atau beberapa factor yang memiliki panjang sama dengan X.
> - **FUN**: fungsi yang akan digunakan. Fungsi yang dapat digunakan dapat berupa fungsi dasar matematika atau statistika, serta user define function. Subset juga dimungkinkan pada fungsi ini.
> - **...**: opsional argumen pada fungsi yang digunakan.
> - **simplify**: logical. Jika nilainya `TRUE` maka output yang dihasilkan adalah bentuk skalar.
Berikut adalah contoh penerapannya:
```{r}
## membuat tabel frekuensi
groups <- as.factor(rbinom(32, n = 5, prob = 0.4))
tapply(groups, groups, length)
# atau
table(groups)
## membuat tabel kontingensi
# menghitung jumlah breaks berdasarkan faktor jenis wool
# dan tensi level
tapply(X=warpbreaks$breaks, INDEX=warpbreaks[,-1], FUN=sum)
# menghitung mean panjang gigi babi hutan berdasarkan
# jenis suplemen dan dosisnya
tapply(ToothGrowth$len, ToothGrowth[,-1], mean)
# menghitung mpg minimum berdasarkan jumlah silinder pada mobil
tapply(mtcars$mpg, mtcars$cyl, min, simplify=FALSE)
```
## Decision Making {#dm}
*Decicion Making* atau sering disebut sebagai *if then else statement* merupakan bentuk percabagan yang digunakan manakala kita ingin agar program dapat melakukan pengujian terhadap syarat kondisi tertentu. Pada Tabel \@ref(tab:percabangan) disajikan daftar percabangan yang digunakan pada `R`.
**Statement** | **Keterangan**
-----------------------|--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
*if statement* | *if statement* hanya terdiri atas sebuah ekspresi *Boolean*, dan diikuti satu atau lebih *statement*
*if...else statement* | *if else statement* terdiri atas beberapa buah ekspresi *Boolean*. Ekspressi *Boolean* berikutnya akan dijalankan jika ekspresi *Boolan sebelumnya bernilai FALSE
*switch statement* | *switch statement* digunakan untuk mengevaluasi sebuah variabel beberapa pilihan
: (\#tab:percabangan) Daftar percabangan pada `R`.
### if statement {#ifstatement}
Pola *if statement* disajikan pada Gambar \@ref(fig:ifstatement)
```{r ifstatement, echo=FALSE, fig.cap='Diagram if statement (sumber: Primartha, 2018).', tidy=FALSE, out.width='40%', fig.align='center', warning=FALSE}
library(knitr)
img1_path <- "./images/ifstatement.png"
include_graphics(img1_path)
```
Berikut adalah contoh penerapan *if statement*:
```{r}
x <- c(1:5)
if(is.vector(x)){
print("x adalah sebuah vector")
}
```
### if else statement {#ifelsestatement}
Pola dari *if else statement* disajikan pada Gambar \@ref(fig:ifelse)
```{r ifelse, echo=FALSE, fig.cap='Diagram if else statement (sumber: Primartha, 2018).', tidy=FALSE, out.width='40%', fig.align='center', warning=FALSE}
library(knitr)
img1_path <- "./images/ifelse.png"
include_graphics(img1_path)
```
Berikut adalah contoh penerapan *if else statement*:
```{r}
x <- c("Andi","Iwan", "Adi")
if("Rina" %in% x){
print("Rina ditemukan")
} else if("Adi" %in% x){
print("Adi ditemukan")
} else{
print("tidak ada yang ditemukan")
}
```
### switch statement {#switchstatement}
Pola dari *switch statement* disajikan pada Gambar \@ref(fig:switch)
```{r switch, echo=FALSE, fig.cap='Diagram switch statement (sumber: Primartha, 2018).', tidy=FALSE, out.width='40%', fig.align='center'}
library(knitr)
img1_path <- "./images/switch.png"
include_graphics(img1_path)
```
Berikut adalah contoh penerapan *switch statement*:
```{r}
y = 3
x = switch(
y,
"Selamat Pagi",
"Selamat Siang",
"Selamat Sore",
"Selamat Malam"
)
print(x)
```
## Fungsi
Fungsi merupakan sekumpulan instruksi atau *statement* yang dapat melakukan tugas khusus. Sebagai contoh fungsi perkalian untuk menyelesaikan operasi perkalian, fungsi pemangkatan hanya untuk operasi pemangkatan, dll.
Pada `R` terdapat 2 jenis fungsi, yaitu: *build in fuction* dan *user define function*. *build in fnction* merupakan fungsi bawaan `R` saat pertama kita menginstall `R`. Contohnya adalah `mean()`, `sum()`, `ls()`, `rm()`, dll. Sedangkan *user define fuction* merupakan fungsi-fungsi yang dibuat sendiri oleh pengguna.
Fungsi-fungsi buatan pengguna haruslah dideklarasikan (dibuat) terlebih dahulu sebelum dapat dijalankan. Pola pembentukan fungsi adalah sebagai berikut:
```{r, eval=FALSE}
function_name <- function(argument_1, argument_2, ...){
function body
}
```
> **Catatan:**
>
> - **function_name** : Nama dari fungsi `R`. `R` akan menyimpan fungsi tersebut sebagai objek
> - **argument_1, argument_2, ...** : *Argument* bersifat opsional (tidak wajib). *Argument* dapat digunakan untuk memberi inputan kepada fungsi
> - **function body** : Merupakan inti dari fungsi. Fuction body dapat terdiri atas 0 statement (kosong) hingga banyak statement.
> - **return** : Fungsi ada yang memiliki *output* atau *return value* ada juga yang tidak. Jika fungsi memiliki *return value* maka *return value* dapat diproses lebih lanjut
Berikut adalah contoh penerapan *user define function*:
```{r}
# Fungsi tanpa argument
bilang <- function(){
print("Hello World!!")
}
# Print
bilang()
# Fungsi dengan argumen
tambah <- function(a,b){
print(a+b)
}
# Print
tambah(5,3)
# Fungsi dengan return value
kali <- function(a,b){
return(a*b)
}
# Print
kali(4,3)
```
## Debugging {#debugging}
Sering kali fungsi atau sintaks yang kita tulis menghasilkan error sehingga output yang kita harapkan tidak terjadi. *Debugging* merupakan langkah untuk mengecek error yang terjadi. Untuk lebih memahami proses *debugging*, berikut penulis sajikan contoh error pada suatu fungsi dapat terjadi:
```{r}
f1 <- function(x){
xsq <- x^2
xsqminus4 <- xsq - 4
print(xsqminus4)
log(xsqminus4-4)
}
f1(6:1)
```
Untuk mengecek error yang terjadi dari sintaks tersebut, kita dapat menggunakan fungsi `debug()`. Pembaca tinggal memasukkan nama fungsi kedalam fungsi `debug()`. Fungsi tersebut akan secara otomatis akan menampilkan hasil samping dari pengaplikasian fungsi `f1()` untuk melihat sumber atau tahapan dimana error mulai muncul.
```{r}
debug(f1)
f1(1:6)
```
Berdasarkan hasil *debugging*, `NaN` (**missing value**) muncul pada tahapan *debug* ke-4 (pembaca dapat melakukan enter terus menerus sampai proses *debug* selesai). Hal ini disebabkan karena terdapat nilai negatif pada objek `xsqminu4-4` yang selanjutnya dilakukan transformasi logaritmik. Untuk menghentikan proses *debugging* pembaca dapat mengetikkan `undebug(f1)`.
## Referensi
1. Bloomfield, V.A. 2014. **Using R for Numerical Analysis in Science and Engineering**. CRC Press
2. Primartha, R. 2018. **Belajar Machine Learning Teori dan Praktik**. Penerbit Informatika : Bandung.
3. Rosadi,D. 2016. **Analisis Statistika dengan R**. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.